Seperti
yang sudah saya bahas pada artikel sebelumnya, saya dilahirkan disalah satu
kota mungil yang sangat teratur. Sebuah kota yang tidak ada macet sehari-harinya.
Kota itu bernama Biak.
Biak
memiliki segala sesuatu yang bisa disebut sebagai salah satu “Surga” bagi orang
Indonesia namun sampai ini belum banyak terekspos oleh media-media. Itulah
mengapa saya termotivasi untuk memperkenalkan kota B.I.A.K kepada segenap
pembaca yang membaca artikel ini. Beberapa fakta di bawah ini saya kutip dari buku
“Biak Numfor dalam Angka (Biak Numfor in
Figures) 2015”. Selamat membaca
1.
Keadaan Geografis
Ibukota Kabupaten Biak Numfor
terletak di distrik Biak Kota. Adapun letak geografis Kabupaten Biak Numfor berada
di sebelah utara daratan Papua, tepatnya pada titik 0o55’ – 1o27’
Lintang Selatan dan 134o47’ – 136o Bujur Timur dengan luas
wilayah daratan sebesar 2.602 km2. Kabupaten ini memiliki dua pulau besar,
yaitu Pulau Biak dan Pulau Numfor serta sekitar 42 pulau ‐ pulau kecil.
Sebelah utara kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik, di sebelah selatan adalah Selat Yapen,
sementara sebelah timur berbatasan dengan
Samudera Pasifik dan sebelah barat adalah
Kabupaten Manokwari.
Keadaan ini menyebabkan
Biak ketika dilihat di peta yang dijual dikalangan masyarakat, hanya berbentuk
kecil. Berikut gambarnya: (Sumber: https://www.google.com/maps/place/Biak+Numfor+Regency,+Papua,+Indonesia/@-0.9111338,135.7755699,9z/data=!4m5!3m4!1s0x6803cf7b2fff9811:0xbc108764432626f7!8m2!3d-1.0381022!4d135.9800848)
2. Iklim
Dari hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Kelas I Frans
Kaisiepo Biak, suhu udara rata‐rata di wilayah Kabupaten Biak
Numfor selama tahun 2014 adalah 27,2oC. Suhu minimum rata-rata pada tahun
2014 adalah 23,4oC sedangkan suhu maksimum rata ‐ rata adalah 31,7oC. Sementara itu rata‐rata kelembaban udara pada tahun
2014 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013, yaitu 87%.
Untuk mengetahui intensitas hujan dapat dilihat dari data
curah hujan. Dari data tahun 2014 tercatat
rata-rata curah hujan adalah 278,5 mm dengan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember (457,1
mm) dan terendah pada bulan Maret (77,0 mm). Adapun rata‐rata jumlah hari hujan dalam satu bulan adalah 19,5 hari
hujan.
Biak adalah salah satu kota yang tidak terkena dampak
musim tahunan el nino dan la nina seperti yang dirasakan oleh sebagian besar
kota di Indonesia. Maka tak heran jika di Jakarta sedang terjadi musim panas,
masyarakat kota Biak malah “mengeluh” tak dapat kemana-mana karena hujan yang
melanda.
Fakta lainnya yang saya alami adalah Biak dengan
istilah “kota karang panas”. Ketika waktunya panas, matahari akan terasa sangat
menyengat kulit sehingga tak heran setiap orang yang kulitnya mudah beradaptasi
(seperti saya) akan kelihatan lebih “hitam”
._.
Demikian
sedikit fakta dan “curhatan” saya tentang kota tercinta saya. Kalau anda masih
penasaran dengan cerita yang lain tentang Biak, selalu kunjungi blog ini
yaa :)
0 komentar:
Posting Komentar